Nasional Politik,
Jokowi Datang, Peta Perpolitikan Kacau
Posted by Unknown
Published on Sabtu, 11 Januari 2014
Apa
yang diharapkan dari sosok Jokowi di panggung politik nasional ? Jika
mau jujur tidak satupun politisi yang mengamini kehadirannya. Datang
sebagai kuda hitam saat pencalonannya pada Pemilihan Gubernur DKI
Jakarta 2012 lalu, sosoknya banyak diremehkan oleh para politisi. Jokowi
saat itu hanya dianggap pemain lokal yang mencoba peruntungannya untuk
memperoleh jabatan setingkat lebih tinggi.
Baru
beberapa bulan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, pamornya terus
meroket dengan merajai seluruh survei elektabilitas capres. Tak heran
jika banyak yang mendorongnya untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2014
mendatang. Tak ayal serangan demi serangan mulai menerpa baik di dunia
nyata maupun di dunia maya alias cyberbully. Meskipun terpaan
badai hujatan semakin dahsyat tetapi Jokowi tak ambil pusing.
Kenekatannya untuk membangun ‘Jakarta Baru’ semakin tak terbendung. Isu
yang paling santer dan mudah untuk dimuntahkan adalah bagaimana cara
Jokowi menangani banjir dan kemacetan yang sudah menahun terjadi di
ibukota negara ini. Dalam hal ini memang belum banyak yang bisa dilihat
karena semua masih progres. Dan inilah celah yang sangat mudah untuk
menjatuhkan pamor Jokowi.
Tetapi
Jokowi bukanlah pemimpin karbitan. Sebelum terdampar ke dunia politik,
Jokowi adalah ketua Asosiasi Industri Mebel Indonesia (Asmindo), dua
kali memenangkan Pemilihan Walikota Solo dan Pemilihan Gubernur DKI
Jakarta tidak membuatnya patah semangat. Hujatan yang mampir dijadikan
pemicu untuk bekerja lebih keras lagi. Kelakuannya yang sering nekat dan
dianggap tidak populis justru disukai oleh masyarakat. Jokowi hadir
sebagai penyejuk atas kegersangan tokoh pemimpin. Gayanya yang merakyat,
tidak elitis merupakan gaya kepemimpinan yang diharapkan saat ini.
Jokowi mempopulerkan gaya kepemimpinan kerakyatan yang meniadakan sekat
antara pemimpin dan rakyatnya. Gaya kepemimpinannya menciptakan sebuah
teori baru tentang leadership ala Jokowi.
Namun
sayangnya untuk tahun 2014 ini sosok Jokowi merupakan sandungan bagi
para politisi yang berambisi untuk nyapres. Meskipun digadang-gadang
sebagai capres berikutnya, langkah Jokowi tidak mulus untuk melenggang
menuju kursi RI 1. Selain harus melepas jabatan gubernur, Jokowi juga
harus meminta izin ke Presiden SBY sesuai dengan UU No. 48, Pasal
7,Tahun 2008. Apakah SBY akan memuluskan jalannya atau justru
menjegalnya ? Kehadirannya sebagai pemimpin yang sangat disukai rakyat
bagai bara yang harus segera dipadamkan. Pesona “Jokowi Efect” membuat
gerah lawan politik. Mediapun sukses menggiring opini publik,
mengantarkan Jokowi menjadi sosok pemimpin potensial yang diharapkan
bisa menyelesaikan seluruh masalah Indonesia.
Kehadiran
Jokowi di kancah politik untuk tahun 2014 ini memang sangat tidak
diharapkan. Kehadirannya benar-benar mengacaukan peta politik yang sudah
terpapar jauh sebelum Jokowi dicalonkan pada Pilgub DKI Jakarta. Bentuk
dari kekacauan ini bukan hanya melanda lawan politik PDIP tetapi juga
internal partai PDIP sendiri.
Terjadinya perpecahan dukungan yang terjadi di tubuh partai PDIP antara pendukung Jokowi (Pro-Jokowi) dan pendukung Megawati.
Hal ini dikuatirkan bisa mengganggu hubungan baik antara Jokowi dan
Megawati. Dimana Megawati dikesankan seolah-olah tidak demokratis, tidak
mendengarkana aspirasi kadernya sendiri yang mendukung pencapresan
Jokowi.
Elektabilitas capres Prabowo harus mengalah untuk menduduki peringkat kedua setelah Jokowi.
Prabowo harus memutar otak untuk kembali berjuang meningkatkan
elektabilitasnya. Seperti diketahui sebelum Jokowi mencalonkan diri
sebagai Gubernur DKI Jakarta, elektabilitas Prabowo selalu teratas.
Dalam hal ini Prabowo telah mengatur strategi dan tak tanggung-tanggung
dengan merekrut mantan Koordinator Media Center Tim sukses Jokowi – Ahok
saat Pilgub DKI Jakarta yaitu Budi Purnomo sebagai Koordinator Media
Center Prabowo dan berharap citranya bisa terangkat dengan peran Budi
Purnomo ini.
4. Janji politik Batu Tulis kini tinggal kenangan jika itu dianggap sebagai janji.
Saat ini PDIP berada di atas angin, kekuasaan jauh lebih penting maka
janji politik tinggallah janji. Dengan adanya Jokowi yang sedang naik
daun, PDIP harus cermat memanfaatkan momentum ini melangkah menuju
kekuasaan tertinggi di Republik ini.
5. Partai Demokrat menetapkan Jokowi sebagai barometer elektabilitas, popularitas dan akseptabilitas capres.
Para peserta Konvensi Demokrat diharapkan bisa menandingi semua
parameter yang melekat pada sosok Jokowi. Tak peduli dengan cara licik
melakukan serangan untuk menjatuhkan citra positif yang melekat pada
Jokowi.
6. Banyaknya kader dari partai lain yang terang-terangan menjagokan Jokowi menjadi presiden berikutnya jika Jokowi dicapreskan.
Menurut hasil survei Cirus Surveyors Group, Jokowi mendapat dukungan
dari kader Partai Golkar 21% , Partai Gerindra 22% dan Partai Demokrat
44 % yang jelas-jelas dari partai tersebut memajukan kadernya untuk
nyapres. Hal yang belum pernah terjadi sebelum Jokowi muncul di dunia
politik nasional.
Mungkin
kurang lebih seperti itulah “kekacauan” politik yang ditimbulkan oleh
Jokowi sejak kemunculannya di panggung politik nasional. Skenario yang
sudah digodok dengan masakpun harus bubar dan menggantinya dengan
skenario terbaru.
Kejadian
ini seperti hukum alam yang harus terjadi dalam setiap pergantian
kepemimpinan. Bahwa seorang pemimpin akan lahir pada masanya dan
mempunyai masa kejayaan sendiri dalam masa kepemimpinannya. Seperti
halnya BUMN yang moncer di tangan Dahlan Iskan. Demikian juga dengan
Republik Indonesia ini siapa tahu akan maju pesat di tangan Jokowi.
Author : Unknown
Setelah anda membaca artikel tentang Jokowi Datang, Peta Perpolitikan Kacau jika bermanfaat, silahkan tekan tombol Share. Anda juga boleh menyalin / menyebarluaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
Terima kasih
Terima kasih
Artikel Terkait : Nasional,Politik
0 komentar
Readers Comments
Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan blog Jokowi For President. Admin berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.