twitter facebook rss

,

Campur Tangan AS Kondisi Ukraina Memanas, Rusia Siap Perang



Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut dan memenangkan persetujuan parlemen negaranya pada hari Sabtu (1/3/2014) untuk menginvasi Ukraina. Sementara itu, pemerintahan baru Ukraina memperingatkan kemungkinan perang dan menempatkan pasukannya dalam siaga tinggi serta meminta bantuan NATO.

Pernyataan terbuka Putin tentang hak untuk mengirim pasukan ke negara berpenduduk 46 juta di Eropa Tengah itu menciptakan konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.

Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatseniuk, yang memimpin pemerintahan setelah mengambil alih kekuasaan dari sekutu Moskwa, Viktor Yanukovich, yang melarikan diri minggu lalu, mengatakan, tindakan militer Rusia itu “akan menjadi awal perang dan akhir dari setiap hubungan Ukraina dan Rusia”.

Penjabat Presiden Ukraina, Oleksander Turchinov, memerintahkan pasukan untuk ditempatkan pada siaga tempur tinggi.

Menteri Luar Negeri Andriy Deshchytsya mengatakan, ia telah bertemu dengan para pejabat Eropa dan AS, serta mengirim permintaan kepada NATO untuk “mengkaji segala kemungkinan untuk melindungi integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina”.

Langkah Putin itu merupakan penolakan langsung terhadap para pemimpin Barat yang berulang kali mendesak Rusia untuk tidak melakukan intervensi.

Termasuk Presiden AS Barack Obama, yang sehari sebelumnya menyampaikan pidato di televisi guna memperingatkan Moskwa soal “ongkos” jika Rusia beraksi.

Pasukan tanpa lencana di seragam mereka, tetapi diyakini tentara Rusia, beberapa menggunakan kendaraan dengan nomor pelat Rusia, telah menyerbu Crimea, sebuah semenanjung terpencil di Laut Hitam di Armada Laut Hitam Rusia bermarkas. Pihak berwenang baru di Kiev tidak berdaya untuk menghentikan mereka.



Lokasi Krimea (hijau gelap) sehubungan dengan Ukraina (lampu hijau) di peta Eropa. (wikimedia.org).
Crimea atau Krimea (/kraɪˈmiːə/), atau Republik Otonom Krimea (Автономная Республика Крым, Avtonomnaya Respublika Krym), merupakan sebuah republik di Ukraina yang memiliki luas wilayah 26.200 km² dan populasi 1.994.300 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Simferopol.

Pada akhir tahun 1917 di Krimea, setelah selama tahun-tahun bergolak Perang Saudara Rusia, akhirnya tercapai kemerdekaan Republik Rakyat Krimea.

Tetapi negara ini berumur pendek karena pada Januari 1918, republik ini diduduki oleh Bolshevik, yang merupakan kelompok radikal dari Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia pimpinan Vladimir Lenin yang menghendaki cara-cara perubahan secara revolusioner dengan pimpinan pusat yang ketat. Kelompok ini mendirikan Partai Komunis Rusia pada tahun 1912.

Pada tahun 1917, kelompok Bolshevik bersama kaum buruh dan serdadu merah mengambil alih kekuasaan di Rusia yang saat itu dibawah otokrasi Tsar Nikolai II. Peristiwa ini dikenal sebagai Revolusi Bolshevik atau Revolusi Rusia.

Antara 1921 dan 1945 wilayah ini berada di Daerah Otonomi Krimea Republik Sosialis Soviet, yang termasuk bagian dari SFSR (Rossiiskaya Sovetskaya Federativnaya Sotsialisticheskaya Respublika) atau Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia.

Dari 1945, status otonom dicabut dan republik berubah ke Oblast Krims. Pada tahun 1954, Krimea secara keseluruhan selama pemerintahan Nikita Khrushchev wilayah ini ditransfer dari Rusia ke Ukraina.

Pada bulan Januari 1991 mayoritas penduduk melalui referendum menyerukan untuk pembentukan Republik Otonomi Krimea di dalam Uni Soviet.

Dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Krimea menjadi bagian dari negara merdeka baru Ukraina, karena sebagian besar etnis di Krimea didominasi etnis Rusia setelah program transmigrasi dari Rusia hal ini menyebabkan beberapa ketegangan antara Ukraina dan Rusia.

Pada tanggal 6 Mei 1992 parlemen di Simferopol mengambil konstitusi terpisah untuk Republik yang baru terbentuk dari Crimea.

Hal itu juga disepakati bahwa Republik Krimea sebagai sebuah republik otonom dalam Ukraina akan terus berlanjut.

Sejak itu Republik Krimea atau Republik Otonomi Qirim memiliki senjata dan bendera sendiri.

Presiden Barack Obama telah menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional dengan mengirimkan pasukan ke Ukraina.


Peta Krimea dengan kota-kota besar
Dalam sebuah pembicaraan telepon selama 90 menit pada Sabtu, Gedung Putih mengatakan, “Obama menyatakan keprihatinan yang mendalam terkait pelanggaran nyata Rusia terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina itu.” Gedung Putih mengatakan, AS menangguhkan persiapan bagi sebuah pertemuan negara-negara industri di Rusia pada Juni mendatang.


Presiden AS Barack Obama terlihat menundukkan kepala saat Presiden Vladimir Putin berjalan di depannya setelah sebelumnya ia berbincang sebentar dengan Barack Obama. Aksi perang dingin itu disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat pertemuan G20 di St. Petersburg, Russia.


“AS menyerukan kepada Rusia untuk meredakan ketegangan dengan menarik kembali pasukannya ke pangkalan di Crimea dan menahan diri dari campur tangan di wilayah lain di Ukraina,”
tegas pernyataan Gedung Putih.

Obama memperingatkan bahwa pelanggaran kedaulatan Ukraina “akan berdampak negatif pada posisi Rusia dalam komunitas internasional,” dan bahwa AS “akan menangguhkan partisipasi dalam pertemuan untuk G-8 mendatang,” kata pernyataan itu.

Rusia Invasi Ukraina, Obama: Langgar Hukum Internasional

Presiden Amerika Serikat Barack Obama berbincang selama 90 menit dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon. Kedua pemimpin negara adidaya itu membahas krisis politik di Ukraina.



Laman Washington Post, Minggu (2/3/2014) memberitakan, Obama merasa sangat prihatin dengan invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina. "Melanggar kredaulatan dan integritas Ukraina... dan melanggar hukum internasional," demikian tulis Gedung Putih seperti dikutip Washington Post.

Obama meminta Putin menarik pasukannya dari Ukraina. Saat ini dilaporkan pasukan Rusia sudah menyebar di wilayah Crimea, wilayah otonomi Ukraina yang banyak dihuni warga berlatar belakang Rusia.

Namun, Putin punya alasan atas situasi di Ukraina itu. Dia menyebut situasi di Ukraina dalam kondisi luar biasa. Dia menuduh pihak ultranasionalis Ukraina yang didukung AS mendukung pemerintahan sementara yang melakukan pengambilalihan kekuasaan di Kiev pekan lalu.
Putin menyebut aksi itu mengancam kehidupan dan kesehatan warga Rusia yang tinggal di Crimea. "Dalam kasus penyebaran kekerasan lebih lanjut ke Ukraina Timur dan Crimea, Rusia tetap memiliki hak untuk melindungi kepentingannya dan penduduk Rusia di daerah tersebut," demikian pernyataan Kremlin, Kantor Presiden Rusia.




Sumber

Bagikan artikel ke teman anda: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati

Author : Unknown

faceblog evolutions Setelah anda membaca artikel tentang Campur Tangan AS Kondisi Ukraina Memanas, Rusia Siap Perang jika bermanfaat, silahkan tekan tombol Share. Anda juga boleh menyalin / menyebarluaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
Terima kasih

0 komentar

Readers Comments

Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan blog Jokowi For President. Admin berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Top News

Space Iklan (750x100)

Video Pilihan

Our Sponsors

Our Sponsors

Visit Gorontal Info and Guide
deskripsi gambar
Flag Counter